RSS

Selasa, 02 April 2013

Tugas Morfologi Bahasa Indonesia II

Nama   : Anna Anggraeni

Nim     : 121111108

Kelas   : Morfologi B.Indonesia-A

1a. Dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris terdapat satu morfem yang terdiri atas satu fonem. Jelaskan dan sertai contoh!
Kita tahu bahwa morfem-morfem segmental dalam bahasa Indonesia berunsur fonem. Dilihat dari jumlahnya, morfem-morfem itu ada yang berunsur satu fonem tetapi ada juga yang berunsur lebih dari satu fonem. Morfem yang berunsur satu fonem disebut monofonemis (Muslich, 2010: 21). Misalnya:
a.       Morfem {-i} dalam memetiki, duduki, tanami, dan pukuki
b.      Morfem {a-} dalam amoral, anemia, aberasi, dan afasia.
c.       Morfem {-s} dalam form, books, friends,dan pens.
Morfem {-i} dan {a-} masing-masing merupakan morfem sendiri-sendiri. Morfem {-i} merupakan afiks yang produktif, karena memiliki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem. Sedangkan morfem {a-} berarti ‘tidak, bukan, tanpa’ yang termasuk afiks yang improduktif, karena distribusinya terbatas pada beberapa kata dan tidak lagi membentuk kata-kata baru (Ramlan, 1980:61). Berbeda lagi dengan morfem {-s) yang merupakan morfem sibilan penjamak dalam bahasa Inggris (Verhaar, 2010:104).

1b. Jelaskan perbedaan monomorfemis dan polimorfemis. Berikan contoh dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris!
Kata  Monomorfemis
Monomorfemis adalah kata yang terdiri atas satu morfem (Muslish, 2010:32). Suatu kata yang monomorfemis tidak akan mengalami peristiwa pembentukan sebelumnya karena morfem tersebut adalah satu-satunya unsur atau anggota kata. Misal saja bentuk makan pada kalimat Anna makan nasi goreng adalah kata, dan kata itu terdiri atas satu morfem, yaitu morfem {makan}. Dari morfem {makan} menjadi kata makan sama sekali tidak mengalami peristiwa pembentukan. Contohnya :
a. kata senyum merupakan kata monomorfemis karena hanya terdiri atas satu morfem, yaitu {senyum}.
b. kata lari merupakan kata monomorfemis karena hanya terdiri atas satu morfem, yaitu {lari}.
c. kata manusia merupakan kata monomorfemis karena hanya terdiri atas satu morfem, yaitu {manusia}.
Kata Polimorfemis
Kata yang menjadi bahan penelitian morfologi, terutama adalah kata polimorfemis. Perlu dicatat bahwa bila diperhatikan se­cara morfe­mis, kata ada yang terdiri atas dua atau lebih morfem. Dalam bahasa Indonesia, salah satu peristiwa pembentukan kata yaitu pembentukan kata dengan menambahkan morfem afiks pada bentuk dasar. Kata yang bermorfem lebih dari satu tersebut disebut kata polimorfemis (Muslich, 2010:32). Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pada polimorfemis, morfem-morfem yang menjadi anggota kata mengalami peristiwa pembentukan sebelumnya atau yang lebih dikenal dengan istilah proses morfologis. Contoh :
a. kata tersenyum merupakan kata polimorfemis karena terdiri atas dua morfem, yaitu {ter-} dan {senyum}.
b. kata berlarian merupakan kata polimorfemis karena terdiri atas tiga morfem, yaitu {ber-}, {lari}, dan {-an}.
c. kata berperikemanusiaan merupakan kata polimorfemis karena terdiri atas tiga morfem, yaitu {ber-}, {peri-}, {ke-an}, dan {manusia}.

1b. Jelaskan morfofonemis. Contoh dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris!
Morfofonemis adalah studi tentang perubahan-perubahan pada fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih itu serta pemberian tanda-tandanya (Samsuri, 1994:201). Dalam bahasa Indonesia seringkali terjadi perubahan-perubahan fonem nasal yang berujud /m/ di depan fonem /b/, dan /n/ di depan fonem /d/. Ini adalah contoh perubahan nasal sealat dengan hambat yang mengikutinya. Ada kalanya terjadi pembalikan daripada urutan atau susunan fonem-fonem suatu morfem, bila morfem ini mengadakan kombinasi atau urutan dengan morfem yang lain. Di dalam bahasa Indonesia sebuah contoh sangat terkenal, yaitu kasus bentuk-bentuk merah dan padma. Kedua bentuk atau morfem itu bila diucapkan yang satu mengikuti yang lain maka terjadilah bentuk merah padma, dimana bagian padam mempunyai susunan yang terbalik daripada susunan bentuk padma.
Sejalur dengan pendapat tersebut, Ramlam mengatakan bahwa morfofonemis adalah mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain (1980:83). Dalam bahasa Indonesia sedikit-dikitnya terdapat tiga proses morfofonemik. Pertama, proses perubahan fonem. Misal morfem ber- yang terdiri dari tiga fonem yaitu /b, e, r/. Akibat pertemuan morfem itu dengn morfem ajar, fonem /r/ berubah menjadi /l/, hingga pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar menghasilkan kata belajar. Dalam hal ini terjadi proses morfofonemik yang berupa perubahan fonem yaitu perubahan fonem /r/ pada ber- menjadi /l/. Kedua, proses penambahan morfem. Kata lamp menjadi lampu. Dalam hal ini terjadi proses morfofonemik yang berupa penambahan fonem di akhir kata atau paragog yaitu /u/. Ketiga, proses hilangnya fonem. Kata import menjadi impor. Dalam hal ini terjadi penghilangan fonem di akhir kata atau apokop, yaitu fonem /t/.

2a. Jelaskan persamaan dan perbedaan ranah morfologi dengan sintaksis!
Persamaan: morfologi dan sintaksis yaitu merupakan bagian dari ilmu bahasa. Perbedaan: morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata. Satuan yang paling kecil yang diselidiki oleh morfologi ialah morfem, sedangkan yang paling besar berupa kata. Berbeda dengan sintaksis, yang mempelajari hubungan antara kata/ frase/ klausa/ kalimat yang satu dengan kata/ frase/ klausa/ kalimat yang lain, yang tegasnya mempelajari seluk beluk frase, klausa, kalimat dan wacana. Jadi, kata yang dalam morfologi merupakan satuan yang paling besar, dalam sintaksis merupakan satuan yang paling kecil. Untuk memperjelas penjelasan tersebut, berikut adalah sebuah contoh.
            Ia akan mengadakan perjalanan jauh.
Pembicaraan tentang kata ia yang terdiri dari satu morfem, tentang kata akan yang terdiri dari satu morfem, tentang kata mengadakan yang terdiri dari tiga morfem yaitu meN-, ada, dan –kan, tentang kata perjalanan yang terdiri dari dua morfem, ialah per-an dan jalan, dan tentang kata jauh yang terdiri satu morfem, termasuk dalam morfologi, tetapi pembicaraan mengenai hubungan antara kata ia sebagai subjek dengan frase akan mengadakan sebagai predikat, dll termasuk dalam bidang sintaksis. Bidang morfologi membicarakan tentang satuan gramatik yang salah satu dari unsurnya berupa afiks, sedangkan bidang sintaksis melingkupi pembicaraan tentang satuan satuan gramatik yang semua unsurnya berupa kata/ frase/ klausa/ kalimat.

2b. Definisi pula dari morfologi yang saudara tahu!
Menurut Verhaar, morfologi adalah cabang ilmu yang nebgidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal (2010:97). Berbeda dengan pendapat tersebut, Ramlan mengatakan bahwa morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (1985:16). Berbeda lagi dengan Verhaar yang menyatakan ilmu morfologi menyangkut struktur “internal” kata (2010:11) dan cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal (2010:97).

3. Uraikan perbedaan dari free morpheme dan bound morpheme. Sertakan contohnya dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris atau bahasa daerah!
            Free morpheme atau free form atau bentuk bebas adalah bentuk-bentuk yang dapat dipakai secara tersendiri dalam kalimat atau tuturan biasa (Muslich, 2010:17). Ramlan menjelaskan pengertian morfem bebas adalah morfem yang memiliki makna leksikal dan bisa berdiri sendiri dalam sebuah tuturan (1980:28-31). Dalam hal ini morfem bebas dapat muncul dalam perucapan tanpa kehadiran morfem lain. Misalnya: pulang, rumah, kursi, meja, duduk, baju, hak, hambar, buku, ilmu, minum, bunuh, simbol, kasur, dan gunung. Demikian pula dalam bahasa Inggris, eat, ill, man, port, part, real, moral, hold, dan tend. Contoh dalam sebuah bahasa daerah, sare ’curi’, ape ’tanam’, iku ’ikat’, dan tumba ’tambak’.
            Bound morpheme atau bound form atau bentuk terikat adalah bentuk-bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri, baik dalam kedudukannya sebagai kalimat maupun sebagai kata yang menjadi unsur pembentuk kalimat (Muslich, 2010:17). Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Ramlan (1980:28-31) bahwa morfem terikat adalah morfem yang tidak memiliki makna leksikal, tidak dapat berdiri sendiri dalam sebuah tuturan, dan tergantung dan terikat pada morfem lain. Dalam hal ini morfem terikat, morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain, tidak dapat muncul dalam perucapan. Misal saja dalam bahasa Indonesia, alir, kepada, sebagai, tentang, karena, meskipun, lah, urus, sandar, edar, juang, temu, dan baur. Demikian pula dalam bahasa Inggris, undo terdiri atas morfem bebas do dan bentuk terikat un- ; import terdiri atas morfem bebas port dan bentuk terikat im- ; intend terdiri atas morfem bebas tend dan bentuk terikat in-. Contoh dalam suatu bahasa daerah, mosare ‘mencuri’ terdiri atas morfem bebas sare dan bentuk terikat mo- ; yasare ‘dicuri terdiri atas morfem bebas sare dan bentuk terikat ya- ; sareja ‘pencuri’ terdiri atas morfem bebas sare dan bentuk terikat –ja.

DAFTAR PUSTAKA
Ramlan, M. 1980. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Muslich, Masnur. 2010. Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara.
Samsuri. 1994. Analisis Bahasa: Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Verhaar, J. W. M. 2010. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright Milik Anna Anggraeni 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .