Nama : Anna Anggraeni
Nim : 121111108
Kelas : Morfologi B.Indonesia-A
1a. Dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris
terdapat satu morfem yang terdiri atas satu fonem. Jelaskan dan sertai contoh!
Kita tahu bahwa morfem-morfem segmental dalam bahasa
Indonesia berunsur fonem. Dilihat dari jumlahnya, morfem-morfem itu ada yang
berunsur satu fonem tetapi ada juga yang berunsur lebih dari satu fonem. Morfem
yang berunsur satu fonem disebut monofonemis
(Muslich, 2010: 21). Misalnya:
a.
Morfem {-i} dalam memetiki, duduki, tanami, dan
pukuki
b.
Morfem {a-} dalam amoral, anemia, aberasi, dan
afasia.
c.
Morfem {-s} dalam form, books, friends,dan
pens.
Morfem {-i} dan {a-} masing-masing
merupakan morfem sendiri-sendiri. Morfem {-i} merupakan afiks yang produktif,
karena memiliki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau
morfem-morfem. Sedangkan morfem {a-} berarti ‘tidak, bukan, tanpa’ yang termasuk
afiks yang improduktif, karena distribusinya terbatas pada beberapa kata dan
tidak lagi membentuk kata-kata baru (Ramlan, 1980:61). Berbeda lagi dengan
morfem {-s) yang merupakan morfem sibilan penjamak dalam bahasa Inggris
(Verhaar, 2010:104).
1b.
Jelaskan perbedaan monomorfemis dan polimorfemis. Berikan contoh dalam bahasa
Indonesia atau bahasa Inggris!
Kata Monomorfemis
Monomorfemis adalah kata yang terdiri atas satu morfem
(Muslish, 2010:32). Suatu kata yang monomorfemis tidak akan mengalami peristiwa
pembentukan sebelumnya karena morfem tersebut adalah satu-satunya unsur atau anggota
kata. Misal saja bentuk makan pada
kalimat Anna makan nasi goreng adalah
kata, dan kata itu terdiri atas satu morfem, yaitu morfem {makan}. Dari morfem {makan}
menjadi kata makan sama sekali tidak
mengalami peristiwa pembentukan. Contohnya :
a. kata senyum merupakan kata monomorfemis
karena hanya terdiri atas satu morfem, yaitu {senyum}.
b. kata lari
merupakan kata monomorfemis karena hanya terdiri atas satu morfem, yaitu
{lari}.
c. kata manusia
merupakan kata monomorfemis karena hanya terdiri atas satu morfem, yaitu
{manusia}.
Kata Polimorfemis
Kata yang menjadi bahan penelitian morfologi, terutama
adalah kata polimorfemis. Perlu dicatat bahwa bila diperhatikan secara morfemis,
kata ada yang terdiri atas dua atau lebih morfem. Dalam bahasa Indonesia, salah
satu peristiwa pembentukan kata yaitu pembentukan kata dengan menambahkan
morfem afiks pada bentuk dasar. Kata yang bermorfem lebih dari satu tersebut
disebut kata polimorfemis (Muslich, 2010:32). Dalam hal ini dapat dikatakan
bahwa pada polimorfemis, morfem-morfem yang menjadi anggota kata mengalami
peristiwa pembentukan sebelumnya atau yang lebih dikenal dengan istilah proses
morfologis. Contoh :
a. kata tersenyum merupakan kata
polimorfemis karena terdiri atas dua morfem, yaitu {ter-} dan {senyum}.
b. kata berlarian
merupakan kata polimorfemis karena terdiri atas tiga morfem, yaitu {ber-},
{lari}, dan {-an}.
c. kata berperikemanusiaan merupakan kata
polimorfemis karena terdiri atas tiga morfem, yaitu {ber-}, {peri-}, {ke-an},
dan {manusia}.
1b.
Jelaskan morfofonemis. Contoh dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris!
Morfofonemis adalah
studi tentang perubahan-perubahan pada fonem-fonem yang disebabkan oleh
hubungan dua morfem atau lebih itu serta pemberian tanda-tandanya (Samsuri,
1994:201). Dalam bahasa Indonesia seringkali terjadi perubahan-perubahan fonem
nasal yang berujud /m/ di depan fonem /b/, dan /n/ di depan fonem /d/. Ini
adalah contoh perubahan nasal sealat dengan hambat yang mengikutinya. Ada
kalanya terjadi pembalikan daripada urutan atau susunan fonem-fonem suatu
morfem, bila morfem ini mengadakan kombinasi atau urutan dengan morfem yang
lain. Di dalam bahasa Indonesia sebuah contoh sangat terkenal, yaitu kasus
bentuk-bentuk merah dan padma. Kedua bentuk atau morfem itu bila
diucapkan yang satu mengikuti yang lain maka terjadilah bentuk merah padma, dimana bagian padam mempunyai susunan yang terbalik
daripada susunan bentuk padma.
Sejalur dengan pendapat tersebut, Ramlam mengatakan
bahwa morfofonemis adalah mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul
sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain (1980:83). Dalam bahasa
Indonesia sedikit-dikitnya terdapat tiga proses morfofonemik. Pertama, proses perubahan fonem. Misal
morfem ber- yang terdiri dari tiga
fonem yaitu /b, e, r/. Akibat pertemuan morfem itu dengn morfem ajar, fonem /r/ berubah menjadi /l/,
hingga pertemuan morfem ber- dengan
morfem ajar menghasilkan kata belajar. Dalam hal ini terjadi proses
morfofonemik yang berupa perubahan fonem yaitu perubahan fonem /r/ pada ber- menjadi /l/. Kedua, proses penambahan morfem. Kata lamp menjadi lampu. Dalam
hal ini terjadi proses morfofonemik yang berupa penambahan fonem di akhir kata
atau paragog yaitu /u/. Ketiga, proses hilangnya fonem. Kata import menjadi impor. Dalam hal ini terjadi penghilangan fonem di akhir kata atau apokop, yaitu fonem /t/.
2a. Jelaskan persamaan dan perbedaan ranah
morfologi dengan sintaksis!
Persamaan: morfologi dan sintaksis
yaitu merupakan bagian dari ilmu bahasa. Perbedaan:
morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata. Satuan yang paling kecil yang
diselidiki oleh morfologi ialah morfem, sedangkan yang paling besar berupa
kata. Berbeda dengan sintaksis, yang mempelajari hubungan antara kata/ frase/
klausa/ kalimat yang satu dengan kata/ frase/ klausa/ kalimat yang lain, yang
tegasnya mempelajari seluk beluk frase, klausa, kalimat dan wacana. Jadi, kata
yang dalam morfologi merupakan satuan yang paling besar, dalam sintaksis
merupakan satuan yang paling kecil. Untuk memperjelas penjelasan tersebut,
berikut adalah sebuah contoh.
Ia
akan mengadakan perjalanan jauh.
Pembicaraan tentang kata ia yang terdiri dari satu morfem,
tentang kata akan yang terdiri dari
satu morfem, tentang kata mengadakan
yang terdiri dari tiga morfem yaitu meN-,
ada, dan –kan, tentang kata perjalanan yang terdiri dari dua morfem,
ialah per-an dan jalan, dan tentang kata jauh
yang terdiri satu morfem, termasuk dalam morfologi, tetapi pembicaraan mengenai
hubungan antara kata ia sebagai
subjek dengan frase akan mengadakan
sebagai predikat, dll termasuk dalam bidang sintaksis. Bidang morfologi
membicarakan tentang satuan gramatik yang salah satu dari unsurnya berupa
afiks, sedangkan bidang sintaksis melingkupi pembicaraan tentang satuan satuan
gramatik yang semua unsurnya berupa kata/ frase/ klausa/ kalimat.
2b. Definisi pula dari morfologi yang
saudara tahu!
Menurut Verhaar, morfologi adalah cabang ilmu yang
nebgidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal
(2010:97). Berbeda dengan pendapat tersebut, Ramlan mengatakan bahwa morfologi ialah
bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan
dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi
mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk
kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (1985:16). Berbeda lagi
dengan Verhaar yang menyatakan ilmu morfologi menyangkut struktur “internal”
kata (2010:11) dan cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan
dasar bahasa sebagai satuan gramatikal (2010:97).
3. Uraikan perbedaan dari free morpheme dan bound morpheme. Sertakan contohnya dalam bahasa Indonesia atau
bahasa Inggris atau bahasa daerah!
Free
morpheme atau free form atau
bentuk bebas adalah bentuk-bentuk yang dapat dipakai secara tersendiri dalam
kalimat atau tuturan biasa (Muslich, 2010:17). Ramlan menjelaskan pengertian
morfem bebas adalah morfem yang
memiliki makna leksikal dan bisa berdiri sendiri dalam sebuah tuturan
(1980:28-31). Dalam hal ini morfem bebas dapat muncul dalam perucapan tanpa
kehadiran morfem lain. Misalnya: pulang,
rumah, kursi, meja, duduk, baju, hak, hambar, buku, ilmu, minum, bunuh, simbol,
kasur, dan gunung. Demikian pula
dalam bahasa Inggris, eat, ill, man,
port, part, real, moral, hold, dan tend.
Contoh dalam sebuah bahasa daerah, sare ’curi’,
ape ’tanam’, iku ’ikat’, dan tumba
’tambak’.
Bound
morpheme atau bound form atau bentuk terikat adalah bentuk-bentuk yang
tidak dapat berdiri sendiri, baik dalam kedudukannya sebagai kalimat maupun
sebagai kata yang menjadi unsur pembentuk kalimat (Muslich, 2010:17). Pendapat
tersebut sejalan dengan pendapat Ramlan (1980:28-31) bahwa morfem terikat
adalah morfem yang tidak memiliki makna leksikal, tidak dapat berdiri sendiri
dalam sebuah tuturan, dan tergantung dan terikat pada morfem lain. Dalam hal
ini morfem terikat, morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain, tidak
dapat muncul dalam perucapan. Misal saja dalam bahasa Indonesia, alir, kepada, sebagai, tentang, karena,
meskipun, lah, urus, sandar, edar, juang, temu, dan baur. Demikian pula dalam bahasa Inggris, undo terdiri atas morfem bebas do
dan bentuk terikat un- ; import terdiri atas morfem bebas port dan bentuk terikat im- ; intend terdiri atas morfem bebas tend dan bentuk terikat in-.
Contoh dalam suatu bahasa daerah, mosare
‘mencuri’ terdiri atas morfem bebas sare dan
bentuk terikat mo- ; yasare ‘dicuri’ terdiri atas morfem bebas sare dan bentuk terikat ya- ; sareja ‘pencuri’ terdiri atas
morfem bebas sare dan bentuk terikat –ja.
DAFTAR PUSTAKA
Ramlan, M. 1980. Morfologi: Suatu Tinjauan
Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Muslich, Masnur. 2010. Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif.
Jakarta: Bumi Aksara.
Samsuri. 1994. Analisis
Bahasa: Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Verhaar, J. W. M. 2010. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar